Kelompok Bimbingan Ibadah Haji & Umroh (KBIHU) Al-Khoiriyah

Minggu, 20 November 2011

Masih Banyak Jamaah yang Membandel

REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH – Meski sosialisasi larangan membawa air zamzam dalam tas bawaan telah dilakukan, masih saja banyak jamaah haji Indonesia yang membandel. Dalam pemeriksaan terhadap barang bawaan para jamaah di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah, Senin (14/11) sore waktu setempat, ditemukan masih banyak jamaah yang membawa zamzam di tas mereka.
Seperti dilaporkan wartawan Republika Muhammad subarkah, air Zamzam ada yang disembunyikan di balik sajadah, buntelan pakaian, atau ada juga yang melapisi botol minuman yang berisi air Zamzam itu dengan lakban. Meski begitu, ulah ini tetap saja diketahui petugas dan Zamzam pun dikeluarkan dari tas.
Pemeriksaan dilakukan sekitar tujuh  orang petugas Saudia Airlines sesaat sebelum para jamaah masuk ke bagian imigrasi. Sejumlah tas yang membawa air zamzam dibuka paksa, dikeluarkan, dan dimasukkan ke dalam troli yang sudah disiapkan.
Tak hanya air zamzam, barang yang melebihi batas kuota bawaan, yaitu tujuh kilogram, juga diminta petugas untuk dikeluarkan dari tas. Akibatnya, banyak jamaah yang memelas dan memohon agar barang bawaanya bisa dibawa. Namun, petugas bergeming dan tetap tidak mengizinkan.
Melihat ketatnya pemeriksaan itu, banyak jamaah yang membuang Zamzam mereka sebelum pemeriksaan karena khawatir tas dan barang bawaan mereka juga dicomot petugas. Ada juga jamaah yang mengeluarkan sejumlah pakaian dari dalam tas, dan mengenakannya berlapis-lapis agar barang bawaan mereka selamat dari pemeriksaan.
Sebagaimana lazimnya, setiap kali penerbanagan, petugas Saudia Airlines memeriksa barang bawaan jamaah untuk memastikan isinya. Terutama adanya ketentuan bahwa zat cair dalam jumlah banyak tidak boleh dimasukan dalam bagasi. Bila ditemukan, maka benda itu akan dikeluarkan untuk dikirim melalui paket.
Namun, karena pada kloter-kloter sebelumnya ada jamaah yang menyelipkan Zamzam di tas jinjing, para jamaah berikutnya pun ikut-ikutan. Mereka mengaku tidak tahu adanya aturan tentang membawa Zamzam dalam tas.
www.jurnalhaji.com

Banyak Jamaah yang Ingin Pulang Duluan, Beragam Alasannya

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH – Usai prosesi puncak haji, banyak jamaah yang tak sabar kembali ke Tanah Air. Indikasi ini tampak jelas dari banyaknya jamaah yang datang ke kantor daerah kerja (Daker) Makkah untuk meminta tanajul (pindah) penerbangan agar bisa pulang lebih awal. Alasan mereka pun bermacam-macam, mulai dari mengikuti pemilihan kepala daerah, mendampingi ujian anak, mengikuti ujian pegawai, hingga mendapat tugas atasan.
‘’Biasanya begitu selesai prosesi haji di Arafah, Mina, dan Muzdalifah (Armina), pasti banyak jamaah yang meminta tanajul ke kantor urusan haji Makkah,’’ kata Rasyid, mukimin Indonesia di Makkah, kepada wartawan Republika Muhammad Subarkah.
Memang, beberapa hari usai puncak haji di Armina, banyak orang lalu lalang mengurus tanajul di kantor Dakker Makkah. Mereka tak sadar bila tingkah polah mereka dipantau banyak orang, termasuk para wartawan. Mereka terlihat bersikap enteng saja meminta tanajul meski kadang memakai alasan yang tak masuk akal dan dengan dalih macam-macam.
‘’Saya meminta tanazul karena orang ini mendapat tugas dari Gubernur DKI Fauzi Bowo,’’ kata seorang ‘petugas peghubung jamaah’ yang mengaku mengurus jamaah dari Jakarta.
Fenomena ini memang ironis. Sebab, di sisi lain, banyak jamaah  sakit yang seharusnya bisa dipulangkan lebih awal malah tidak mendapat tempat untuk pulang. Seorang jamaah wanita asal Aceh ada yang tidak bisa pulang duluan meski dalam kondisi sakit dan diinfus. Beberapa kali  sudah diusahakan, namun setiap kali dicek, berkasanya tetap ditumpuk di kloter.
‘’Pada hari ketiga saya cek berkas itu masih ditumpuk. Padahal ibu ini sudah sakit, diinfus. Untunglah setelah cukup lama tertunda dia sekarang sudah bisa pulang duluan,’’ kata jamaah asal Aceh, Jose Rizal, yang merupakan saudaranya.
www.jurnalhaji.com

Minggu, 06 November 2011

Tahun Ini, Jumlah Jamaah Haji Pecahkan Rekor

Jamaah Haji keluar dari Masjidil Haram

REPUBLIKA.CO.ID, MINA – Jamaah haji yang datang dari luar negeri tahun ini mencapai rekor tertinggi. Demikian diungkapkan Putra Mahkota Pangeran Naif Bin Abdul Aziz, Jumat (4/11).
Dia mengatakan 1.828.195 jamaah datang dari luar Saudi tahun ini. Jumlah jamaah meningkat 27.274 orang dibandingkan tahun lalu. Dari jumlah tersebut, 989.776 jamaah laki-laki (54 persen) dan 838.419 jamaah perempuan.
“Sebanyak 1.684.876 jamaah datang naik pesawat, dan 128.350 melalui jalur darat, serta 14.969 melalui laut. Mereka datang dari 183 negara,” kata Putra Mahkota yang juga Ketua Komite Haji.
Pada Jumat (11/11) lalu, jamaah melaksanakan hari Tarwiyah. Hari Tarwiyah merupakan hari kedelapan di bulan Dzulhijjah. Disebut hari Tarwiyah karena pada hari itu jamaah mengenyangkan diri dengan minum air sebagai bekal untuk perjalanan ke Arafah. Banyak jamaah yang menggunakan kereta Mashair untuk pergi wukuf ke Arafah.
Bagi Salahudin Muhammad (67), jamaah asal Nigeria, bisa melaksanakan ibadah haji merupakan suatu keajaiban. “Saya telah memimpikan pergi ke haji selama bertahun-tahun. Mimpi itu terwujud sekarang,” ujar dia.
Tak hanya Salahudin yang merasa pergi haji sebagai mimpi yang terwujud. Seoarang warga Palestina, Muhammad Sadoreen (58), merasa masih tak percaya bisa berada di Tanah Suci untuk menggenapkan rukun Islam yang kelima.

PPIH Laporkan Calhaj ‘Sandal Jepit’ ke Menag & Muassasah

Jamaah Haji Resmi

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH – Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) akan melaporkan adanya jamaah non kuota dari Indonesia yang masuk Arab Saudi.
Tujuannya untuk  mengantisipasi timbulnya masalah. “Biasanya kami melaporkan kepada pihak Muassasah (lembaga yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan haji di Arab Saudi). Ini ada jamaah non kuota, mereka nanti yang bertindak. Kalau kami tidak punya hak untuk melakukan tindakan,” kata Ketua PPIH Syairozi Dimyati, Kamis (20/10).
Syairozi juga mengatakan sebelum kepulangan petugas PPIH ke Tanah Air, pihaknya akan melakukan evaluasi dan melaporkan adanya jamaah haji yang datang ke Arab Saudi tanpa mengikuti sistem yang sudah ditetapkan pemerintah Indonesia melalui Kementerian Agama. “Mengenai tindakan apa yang dilakukan itu merupakan kewenangan Jakarta (pemerintah). Kami tidak memiliki kewenangan sejauh itu,” jelasnya.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Agama mendapatkan kuota jamaah haji dari pemerintah Arab Saudi sebanyak 221 ribu orang. Namun, dalam perjalanannya terdapat warga negara Indonesia yang pergi haji di luar kuota tersebut. Padahal Kemenag sudah mengatur adanya dua jalur resmi untuk berangkat haji yaitu haji regular dan haji khusus.
Tahun 2010 lalu, didapatkan sebanyak 3.000 warga negara Indonesia yang mengikuti haji dengan cara non kuota ini. Biasanya, jamaah haji non kuota berpotensi terlantar, tidak mendapatkan hotel dan makanan yang layak. Tahun lalu, mereka tidak mendapatkan tenda saat wukuf di Arafah. Sehingga kesulitan dalam menjalankan prosesi puncak haji.

Mabes Polri Selidiki Penyimpangan Penyelenggaraan Haji Nonkuota

Jamaah Haji memasuki terowongan Mina

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Mabes Polri mengaku belum menerima laporan dari Kementerian Agama terkait telantarnya jamaah calon haji nonkuota.
Namun, pihaknya tetap melakukan penyelidikan adanya dugaan penyimpangan dalam penyelenggaraan ibadah haji. “Di Bareskrim Polri belum ada laporan yang itu (terkait jamaah haji nonkuota). Tapi kita tetap lidik hal yang diduga adanya penyimpangan,” kata Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Saud Usman Nasution, yang ditemui di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (4/11).
Saud menambahkan adanya kejadian telantarnya jamaah haji nonkuota mengindikasikan adanya penyimpangan dalam penyelenggaraan haji. Pihaknya juga akan meminta keterangan dari Badan Penyelenggara Ibadah Haji (BPIH) yang terkait.
Namun, ia meminta agar ada pihak dari Kementerian Agama ataupun dari jamaah yang merasa dirugikan untuk melaporkannya kepada pihak kepolisian. Dengan adanya laporan itu, polisi akan menindaklanjutinya. “Tapi tetap harus ada laporan. Kita pasti akan menindaklanjutinya,” tegasnya.
Sebelumnya, jamaah haji nonkuota telantar di Tanah Suci maupun yang masih di Indonesia dan tidak jadi berangkat ke tanah suci. Kementerian Agama pun mengaku telah melaporkan hal ini ke Mabes Polri terkait telantarnya jamaah haji nonkuota ini.
www.jurnalhaji.com

Jamaah Haji Melontar Jumrah

REPUBLIKA.CO.ID MAKKAH – Setelah melakukan wukuf di Arafah dan Mabit (bermalam) di Muzdalifah, semenjak Ahad kemarin (6/11), hingga 13 Dzulhijjah mendatang jamaah haji melontar jumrah.
Bagi jamaah yang mengambil ‘nafar awal’ mereka akan melontar jumrah hingga tiga hari, yakni pada 10, 11, dan 12  Dzulhijjah. Sedangkan yang mengambil ‘nafar tsani’ akan melontar jumrah sebanyak empat hari, yakni pada 10, 11,12, dan 13 Dzulhijjah, dengan melontar jumrah Ula, Wusta, dan Aqabah.
“Kami sudah melakukan mabit di Muzdalifah. Rencananya kami akan melakukan jumrah nafar akhir saja, agar lebih sediki santai karena lebih panjang waktunya,” kata jamaah haji asal London, Inggris, Abdul Wahab, ketika ditemui di Muzdalifah, Ahad dini hari (6/11).
Untuk melakukan jumrah, Wahid yang datang langsung bersama satu rombongan besar jamaah haji asal Inggirs yang terdiri dari 1.500 orang itu mengaku telah mengumpulkan kerikil untuk melontar jumrah di Mina. “Masing-masing anggota jamaah telah mengumpulkan minimal 49 butir kerikil. Rencananya kami akan melontar jumrah pada waktu-waktu biasa, tidak waktu “afdaliyat”. Ini agar kami tidak berdesakan,” imbuhnya.
Wartawan Republika, Muhammad Subarkah, yang berada di Tanah Suci Makkah, melaporkan, jamaah haji Indonesia bergerak ke Muzdalifah, Sabtu (5/11) petang, usai wukuf. Mereka akan mabit bersamaan dengan tibanya waktu Maghrib. Mereka pergi dengan menumpang bus-bus yang telah disediakan.
Begitu juga jamaah lain, mereka juga pergi untuk melakukan mabit dengan menggunakan aneka kendaraan. Memang sebagian besar menggunakan bus, tapi ada juga yang ‘membandel’ dengan menggunakan angkutan yang lebih kecil.
Akibat sekitar 2,5 juta orang bersama-sama pergi ke satu titik dalam waktu yang bersamaan, jalanan Arafah dan Muzdalifah yang panjangnya sekitar 11 kilometer macet total. Antrian kendaraan mengular dan bergerak tersendat-sendat. Suasana lalu lintas makin kacau dengan banyaknya bus yang mengalami mogok di tengah jalan.
Paling tidak pada malam itu ada lima buah bus yang melintang di tengah jalan karena mesinnya bermasalah. Kendaraan ini pun akhirnya di pinggirkan dengan sebuah mobil derek.
Ketika di Muzdalifah, sebagian dari para jamaah memang bermalam di dalam tenda. Tapi sebagian lainnya tidur di tempat terbuka. Bahkan, banyak di antara mereka tidur di pinggiran jalan atau tempat terbuka lainnya. Mereka tidur beralasan tikar dan kain.
www.Jurnalhaji.com

Sabtu, 05 November 2011

Mana Lebih Afdhal, Haji Kesekian Kali atau Bersedekah?

Seperti kita ketahui bersama bahwa haji merupakan salah satu rukun Islam, sebagaimana sholat dan zakat. Setiap orang yang sudah muslim yang mampu wajib melaksanakannya. Perhatikan Ali Imrah ayat 97 “…mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah”. Haji sendiri fardhunya sekali dalam seumur hidup. Adapun haji selanjutnya sunnah hukumnya. Lantas lebih utama mana melaksanakan pengulangan dalam ibadah haji dengan amal atau shodaqah yang mempunyai fungsi sosial jauh lebih luas? semisal pembangunan madrasah, pembangunan jembatan atau mushalla.Memang banyak tipe manusia, bermacam rupa pola pikirnya. Ada yang telah mampu dan memenuhi syarat haji tetapi tidak juga melaksanakan kewajibannya. Ada yang –sebenarnya- belum memenuhi syarat dan belum mampu, tetapi memaksakan diri untuk melaksanakannya. Dan adalagi yang telah menunaikan haji tetapi merasa belum puas sehingga mengulang lagi melaksanakan haji untuk yang kedua kali atau yang kesekian kalinya.
Sedangkan orang yang berulang-ulang pergi haji juga bermacam-macam motifnya. Ada yang merasa haji pertamanya tidak sah sebab tidak memenuhi rukunnya, sehingga memerlukan pergi haji lagi guna mengqadhanya. Ada pula haji yang kedua untuk menghajikan kedua orang tuanya. Ada pula yang beralasan kurang puas dengan haji yang pertama. Jika alasannya ‘puas-tidak puas’ tentunya ini berhubungan dengan kemantapan di hati. Entah merasa kurang khusu’ atau memang merasa ketagihan dengan pengalaman bathin ketika haji pertama. Memang perlu dicatat banyak sekali haduts yang menerangkan keutamaan haji misalnya:
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: العمرة كفارة لما بينهما والحج المبرور ليس له جزاء الا الجنة (متفق عليه)
Rasulullah saw bersabda: Umrah ke umrah itu menghapus dosa antar keduanya, dan haji yang mabrur tidak ada balasannya kecuali surge.(Muttafaq Alaih) dan masih banyak lagi hadits semacam ini.
Jika demikian, pertanyaa lebih afdhal mana menggunakan dana untuk mengulang haji dan amal yang bermanfaat umum? Jawabannya tergantung dari mana sudut pandangnya. Karena masing-masing memiliki dalil fadhilah, dan keduanya bisa dibenarkan. Namun hendaknya perlu dipertimbangkan satu kaedah fiqih yang berbunyi:
المتعدى أفضل من القاصر
Amal yang mberentek (manfaatnya meluas) lebih afdhal dari amal yang terbatas.
Artinya, amal yang jelas-jelas memiliki manfaat lebih luas lebih afdhal dari pada amal yang hanya memuaskan diri sendiri. Oleh karena itu Imam Syaf’ir pernah berujar “menuntut ilmu lebih utama dari pada sholat sunnah”. Dengan kata lain menuntut ilmu yang manfaatnya dapat dirasakan oleh orang banyak, lebih utama dari pada sholat sunnah yang pahalanya hanya dirasakan untuk individu.
Meski demikian, namanya juga manusia sering kali terkalahkan oleh ego pribadinya. apalagi jika ia memiliki legitimasi dalil keagamaan ataupun dalil social yang lain. Seolah apa yang ia lakukan adalah sebuah kebenaran. Oleh karena itu, jawaban dari pertanyaan ini adanya di dalam hati. Karena banyak sekali orang yang mementingkan diri sendiri. Yang penting dirinya masuk surga tak peduli saudara dan tetangga masuk neraka. Seperti halnya mereka yang tega kenyang sendiri sementara tetangga dan keluarga lain kelaparan.
sumber: Fiqih Keseharian Gus Mus-NU-online.com